(Naskah disadur dan dikembangkan dari sebuah tembang jawa (macapat) berjudul "Sekar Gambuh", ditujukan untuk latihan dasar Teather pemahaman tentang olah rasa dan gerak)
Tanpa disadari bapak pun terhanyut dalam lamunan tentang makna tembang tersebut. Pikirannya menerawang jauh berandai-andai putranya bisa manjadi sosok seperti yang dia harapkan.
Ibu datang membawa nampan berisi kopi. Sang suami melamun dan sepertinya tidak menghiraukan kehadirannya. Kopi ditaruh diatas meja, radio tape dimatikan berharap suami menoleh padanya, namun harapannya sia-sia dan kemudian disapanya suami.
Ibu duduk sambil menghembuskan nafas besar, menoleh pada suami menatapi wajah yang nampak garis-garis keriput menunjukan usia mulai uzur, namun tetap dengan nikmatnya suami menikmati kopinya. figur seorang bapak gagah dan berwibawa, sudah bertahun-tahun mengarungi bahtera rumah tangga bersama-sama.
SEKAR GAMBUH
Karakter tokoh
Bapak : Gagah, berwibawa dan bijaksana.
Ibu : Penyayang dan sabar.
Gambuh : Putra sulung keluarga, selalu kacau oleh pergaulan bebas dan Narkoba hingga menjadi beban pikiran orangtua.
Sekar : Putri bungsu kebanggaan keluarga, seorang gadis yang patuh pada orang tua dan lembut tutur katanya.
ADEGAN 1
Pagi cerah di iringi remang-remang sinar matahari yang mulai terbit, kicau burung bersautan menambah keindahan suasana pagi. Seorang Bapak mendengarkan tembang macapat sambil mengikuti lirik tembang tersebut diteras rumah gubuk bambu.
“Sekar gambuh ping catur
Kang cinatur polah kang kalantur
Tanpo tutur Katula-tula katali
Kadarluwarsa katutuh
Kapatuh pan dadi awon
Pitutur bener iku
Sayekti iku pantes tinurat
Nadyan metu saking ing sudra papeki
Lamun becik nggene muruk
Iku pantes sira anggo.”
Tanpa disadari bapak pun terhanyut dalam lamunan tentang makna tembang tersebut. Pikirannya menerawang jauh berandai-andai putranya bisa manjadi sosok seperti yang dia harapkan.
Ibu datang membawa nampan berisi kopi. Sang suami melamun dan sepertinya tidak menghiraukan kehadirannya. Kopi ditaruh diatas meja, radio tape dimatikan berharap suami menoleh padanya, namun harapannya sia-sia dan kemudian disapanya suami.
Ibu : “Ada apa to pakne…?!!, Pagi-pagi kok ngelamun.”
Bapak : “Gambuh.” (menjawab tanpa expresi, tetap terpaku pada lamunan)
Ibu duduk sambil menghembuskan nafas besar, menoleh pada suami menatapi wajah yang nampak garis-garis keriput menunjukan usia mulai uzur, namun tetap dengan nikmatnya suami menikmati kopinya. figur seorang bapak gagah dan berwibawa, sudah bertahun-tahun mengarungi bahtera rumah tangga bersama-sama.
Bapak : “Bune…., kenapa anak jaman sekarang lebih memilih budaya luar dari pada budaya bangsa sendiri ya… heran aku!!, atau mereka mengira budaya asing itu lebih gaul?!!.”
Ibu : “Gaul…,” (menunjukkan keheranan hingga dahi berkerut). “Haruskah dengan pergaulan bebas dan narkoba…, moral macam apa itu?!!, Gambuuuh…, Gambuh… “ (geleng-geleng kepala sambil duduk kembali).
Bapak : “Gambuh…., nama yang seharusnya bisa membawa dia menjadi publicfigur….” (padangan kosong menerawang jauh). “seandainya Gambuh mau belajar budaya nenek moyang, sungguh luar biasa, Bune….” (menoleh pada ibu seakan-akan meminta persetujuan). “pasti akan menjadi generasi santun, punya budi pekerti luhur, sesuai pesan moral dari budaya nusantara yang mengedepankan nilai-nilai luhur.”
Ibu : “Iya Pakne…, sudah saatnya mereka itu kembali keakar budaya sendiri, agar Negara ini lebih bermartabat.”
Bapak : “Bahkan lebih dari itu Bune...., akan menjadi bangsa yang besar, karena punya jati diri.”
Sekar masuk disela-sela percakapan bapak dan ibu sambil memperlihatkan keluwesan melakukan gerak tari yang dia pelajari di sanggar sekolah. Tarian tersebut ditunjukkan pada orang tuanya sebagai rayuan agar orang tuanya member izin belajar tari di sanggar sekolahnya.
Ibu : “Aduh-aduh cantiknya kamu nduk....” (memuji sambil mebelai tangan sekar).
Bapak : ”Mau kemana to....?!!, ko’ ayu tenan....”
Sekar : “Belajar tari disanggar sekolah Pak....”
Ibu : “Nduk Sekar...., cah ayu...., belajar sing pinter ya...., jangan seperti Mas-mu....!!” (memandangi muka sekar sambil membelai manja kepalanya).
Sekar : “Injih Buuk...”, saya di sanggar, disamping belajar tari, juga belajar macapat Buk..., didalam macapat mengandung petuah, nasihat dan budi pekerti,Buk...
Bapak : “ Wah... Wah... Wah... jan pinter tenan anakku “.
Gambuh datang dengan kondisi sakaw, mengigil kesakitan, kaki gemetaran, badan bagai dicabik-cabik dan ditusuk-tusuk benda tajam. Meremas-remas anggota badannya sendiri menahan sakit yang mencekam dan kemudian drop di depan kedua orang tuanya.
Ibu : “Gambuh....?!!.” (teriak histeris melihat kedatangan Gambuh dengan kondisi sakaw).
Sekar : “Mas Gambuh...., Maass..., kenapa mas...”
(Bapak, Ibu dan Sekar menghampiri Gambuh).
Ibu : “Le..., Gambuh..., kenapa le...?!!, sadar le..., sadar...!!.” (semakin histeris melihat gambuh kesakitan)
Bapak : “Bune, Sekar.... tenang...., tenang dulu, kita bawah Gambuh masuk.” (mengangkat gambuh berdiri dan membopong masuk rumah diikuti Ibu dan Sekar).
Narator : “Kondisi Gambuh semakin mengawatirkan. Rumah rehabilitasi khusus pasien Narkoba dijadikan solusi terakhir keluarga Gambuh, dan berharap disitulah terjadi perubahan pada Gambuh.”
ADEGAN 2
Ibu dalam keadaan muram durja, mata sembab kebanyakan menangis. Rasa kangen pada putranya mengalahkan ketegaran menahan sedih dihatinya. Sedih memikirkan derita gambuh menahan sakit melawan penyakit perusak moral bangsa.
Ibu : “Tolee...., Gambuh...., kapan kamu sembuh dan sadar nak....., Ibu kangen kamu le...., ayo cepat sembuh, cepat pulang....” (desertai isak tangis meratapi nasib anaknya).
Bapak : “Bune...., sabar...., tetap tawakal, berharap pada Tuhan semoga Gambuh diberi kesembuhan...., diberi jalan lurus, jalan yang benar....”
Ibu : “ Pakne.. kita ini orang timur, tidak cocok memakai budaya barat. Bukankah nasihat – nasihat yang terkandung dalam macapat akan menuntun kita menjadi manusia yang sopan , tenggang rasa dan berbudi “.
Bapak : “ Bener... bener Bune “.
Gambuh datang ketika bapak menasehati Ibu. Rasa bersalah menyelimuti diri, dengan perasaan sedih dia menyesali semua perbuatannya, kemudian menghampiri kedua orang tua dengan segudang permohonan maaf dan bersimpuh dipangkuan Ibu meratapi kesalahannya yang begitu besar.
Gambuh : “Ibuk...., Bapak....”
Ibu : “Tole.... Gambuh...., Anakku....” (menangis bahagia dengan kedatangan Gambuh).
Gambuh : “Maafkan Gambuh...., Gambuh janji tidak akan menyusahkan Bapak dan Ibu lagi...., maaf... Bu... Pak... maaf...” (menagis sedih dipangkuan Ibu dan Bapak).
Ibu : “Iya le..., iya...” (membelai sayang kepala Gambuh dengan tulus kasih sayang).
Bapak : “Bapak dan Ibu sudah memaafkan kamu le...., berjanjilah untuk jadi anak yang berbakti...”
Gambuh : ”Iya Pak...” (menyanyikan tembang Sekar Gambuh diikuti Bapak dan Ibu).
“Sekar Gambuh ping catur.............”
Narator : “Sekar Gambuh, semoga membawa generasi bangasa menjadi lebih santun dan punya budi pekerti luhur sesuai pesan moral dari budaya nusantara yang mengedepankan nilai-nilai luhur.”
By : Cuk Haryoko & Lphie K.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar