MUHASABAH CINTA
“Teman-teman
minta perhatiannya sebentar, hanya sepuluh menit saja!.” Suara seorang pemuda
terdengar berwibawa membuatku mengalihkan perhatian dan mencari sumber suara. Mataku terpana melihat sosok tampan mengurai
penjelasan persiapan program KKN (kuliah
kerja nyata). Mungkin ini yang dinamakan cinta pandangan pertama. Sejak saat
itu bayangan wajahnya selalu menghantui disetiap anganku. “Korcam” (koordinator
kecamatan) teman-teman memangilnya seperti itu.
Esok harinya aku beranikan diri
menemui Korcam si pengganggu pikiranku. Pipiku memerah semerah jambu ketika
berjabat tangan denganya. Tanpa sadar bibirku berucap. “Aku menyukaimu.”
Beberapa kawan disekeliling kami
tercengang memandangku. Mungkin meraka berfikir betapa beraninya aku mengatakan
cinta didepan umum seolah tidak perdulikan harga diri. Apalah arti asmara dalam
hati bila cinta yang aku rasa tidak
diketahui oleh si Korcam. Dalam sadar, rasa malu pelan – pelan menusuk sukma
hadir tanpa aku undang. Senyum manis terpancar dari wajah si Korcam. Seolah si
Korcam tahu gundah hatiku merasakan suasana sekeliling.
“Boleh pinjam ponselnya?.” Ucap
si Korcam mencairkan suasana.
Kuangkat kepala dan kupandang
wajah si Korcam lalu sebuah ponsel aku sodorkan padanya. Diambilnya ponsel
tersebut dari tangganku. Dia mengetikkan sesuatu dalam layar ponsel. Selang
beberapa detik posel dia berbunyi dan mengembalikan ponselku.
“Itu nomor
ponselku.” Katanya sambil mengambil ponsel disaku celana. “Nama ukhti siapa?.”
“… ??!.” Aku
tidak mengeti dengan pertanyaannya.
Seolah tahu
ketidak pahamanku Korcam mengulang pertanyaannya. “Nama mbak siapa?.”
“Kayla.”
Jawabku.
“Hai
Korcam!.” Sapa salah satu dari beberapa orang yang kemarin ditunjuk sebagai
kordes (koordinator desa). “Ayo donk rapat dimulai, sudah kumpul semua tuch!.”
“Oke.”
Korcam menangapi sapaan sambil menyimpan namaku dalam ponsel dan berlalu
meninggalkanku. Baru beberapa langkah Korcam berhenti dan menoleh padaku.
“Nanti malam aku hubungi.” Dengan lantang dia ucapkan sambil memberi kode
tangan kanang mengengam nempel dipipi, jari telunjuk nempel ditelinga dan jari
kelingking nempel dimulut mengambarkan sebuah ponsel.
“Huuuu…”
Riuh sorak teman – teman mendengar janji Korcam padaku.
“Swiit –
suwitttt…” Beberapa kawan cowok bersiul.
Beberapa
kawan. “Ciiyee – ciyee… e…”
Ledekan
bersautan yang mereka ucap membuatku tersipu malu. Aku langkahkan kaki
bergabung bersama teman – teman sekelompok dengan mimik muka merah. Campur aduk
rasa dihati pertanda merekahnya bunga cinta hari ini. Ledekan teman – teman menjadi
syair indah cinta dihatiku. Indahnya suasana hatiku saat ini tidak akan bisa
digantikan oleh sejuta tawa kebahagiaan. Sepanjang hari aku terus saja
tersenyum – senyum layaknya orang mabuk kasmaran.
Menjelang
sore hari tidak hentinya mataku menatapi ponsel. Tiap jam, tiap menit, bahkan
tiap detik pandanganku tak luput dari ponsel berharap SMS atau pangilan dari
Korcam. Kucoba mencari kesibukan dengan menyelesaikan proposal program KKN
perkelompok desa. Walau dengan hati harap-harap cemas proposal dapat aku
tuntaskan juga. Ponselku berbunyi bersamaan dengan suara printer mencetak
setiap halaman proposal. Dengan sigap kuambil ponsel melihat layar berharap SMS
dari Korcam. Senyumku mengembang karena SMS itu memang dari Korcam.
“Assalamu’alaikum. Maaf tadi siang sudah
membuat ukhti Kayla menanggung malu.” Isi SMS Korcam.
Jari
jempolku sibuk pencet keyped ponsel membalas SMS. “Aku yang seharusnya minta maaf padamu karena mengukapkan isi hati
ditempat umum.”
Korcam: “Aku begitu tersanjung dan sangat menghargai keberanian
ukhti Keyla menyatakan cinta padaku.”
Aku: “lalu apakah cintaku diterima?.”
Korcam: “Ukhti Kayla, cinta itu butuh istiqomah. Jika Allah
berkehendak maka kita pun pasti berjodoh.”
“Jadi kita pacaran dan akan berkencan?.” Balasku
dengan semangat.
Korcam: “Bukanya aku tidak suka dengan ukhti Kayla. Tapi maaf,
izinkan aku menjaga cinta suci ukhti hingga menjadi halal.”
“…. ???.” isi balasanku tidak mengerti apa yang dimaksud Korcam.
Beberapa
menit berlalu Korcam tidak kunjung jua membalas SMSku. Aku lemparkan posel
kekasur dan merebahkan badan disitu pula. Rasa sebal dihati SMS tidak dibalas
membuatku tarik nafas dalam dan menghembuskannya. Otakku berputar mencari teman
yang bisa dijadikan sumber informasi mengenai si Korcam. Mataku berkedip-kedip
memandang langit kamar, wajah seorang teman tergambar disitu. Ponsel aku raih
kembali dan segera menghubungi dia.
“Hallo!,
Nadia boleh aku main ketempatmu?.”
Setelah
mendapat jawaban oke aku meluncur kerumah Nadia untuk mencari informasi tentang
si Korcam. Bersyukur banyak informasi yang aku dapat tentang Korcam. Korcam
pemilik nama asli Hukkam Ashadi, dia aktivis rohis dikampus. Kata Nadia untuk
menjadi gadis pujaan hati Hukkam Ashadi harus banyak belajar tentang syari’ah
Islam. Tidak boleh terlalu memaksakan kehendak. Harus bisa menjaga pandangan,
jarak dan kesopanan antar lawan jenis. Medengar apa yang diceritakan Nadia seakan
terasa berat. Namun perjuangan belum berakhir aku akan terus memperjuangkan
cinta dalam hatiku.
Kutulis
pesan lewat SMS pada Korcam. “Assalamu’alaikum
mas Hukkam Ashadi. Seperti yang mas minta, aku izinkan mas menjaga cinta suciku
hingga menjadi halal.”
“Semoga Allah meridhoi ukhti Kayla menjadi penghuni sangkar cintaku.” Balas
Korcam.
“Perlu mas Hukkam ketahui, cintaku tidak akan pupus
hingga mas bersedia menjadikanku sahabat sejati bersama – sama berjuang dijalan
Allah, dan menjadikan aku kekasih hati untuk dunia – akhirat.”
“Beristiqomah serta bermuhasabahlah Semoga Allah mendengar do’a
ini dan mengijikan kita mengarungi hidup bersama.”
“Amien.” Smsku balik.
Penantian
akan terasa indah bila semua dijalankan ikhlas karena ridho Allah. Allah
bersama hambanya yang terus mau berdo’a dan berusaha. Dalam penantian aku
bertafakur mengintropeksi diri. Mencari setiap kekurangan dan memperbaikinya.
Belajar lebih banyak tentang syari’ah islam seperti yang Nadia sarankan. Serta
istiqomah menunggu hadirnya cinta sejati Korcam atas ridho Allah. Dalam
penantianku, aku nyakin Allah akan menjadikan indah pada waktunya.
END
Dalam penantian,
Maret 2013
By: Lphie Khasanah.List Koleksi Cerpen Lihat disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar